Tuesday 11 November 2014

Iman Kepada Malaikat


oleh :

Nuris Shobaha 


Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Tauhid
Dosen Pengampu : Drs. H. Ridin Sofwan, M.Pd



Disusun Oleh :
Nuris Shobaha (134211059)

TAFSIR HADITS – FAKULTAS USHULUDDIN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) WALISONGO
SEMARANG
2014



BAB I
PENDAHULUAN

    LATAR BELAKANG

Iman kepada malaikat merupakan salah satu dari rukun iman. Namun sampai dewasa ini, malaikat diyakini oleh manusia sabagai makhluk “misteri”. Mereka meyakini bahwa malaikat merupakan makhluk Allah dimana eksistensinya tidak dapat diungkap secara kasat mata. Dengan kata lain, malaikat merupakan makhluk Allah yang “bersembunyi” di balik kegaiban-Nya.
Kita hanya bisa mengimani keberadaan mereka melalui berita yang tercantum dalam Al-Qur’an dan Hadits.  Karena sebagaimana kita ketahui malaikat banyak dikabarkan oleh Al-Qur’an dan Hadits dan kita yakin sepenuhnya, bahwa kabar yang diberitakan dari keduanya merupakan suatu kabar  yang dipastikan kebenarannya. Dalam Al-Qur’an masalah malaikat disebutkan lebih dari 75 kali, tersebar dalam 33 surat.
2.      RUMUSAN MASALAH
1.      Pengertian malaikat
2.      Makna iman kepada malaikat
3.      Buah iman kepada malaikat
3.      TUJUAN PENULISAN
Untuk memenuhi tugas makalah mata kuliah Tauhid, dan mengetahui lebih dalam pengertian malaikat, makna iman kepada malaikat, serta mengetahui buah atau hikmah dari iman kepada malaikat.

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Malaikat
Malaikat merupakan makhluk yang berbeda dengan manusia dan jin, mereka adalah makhluk yang mulia dalam arti, mereka suci, jernih dan bersih. Mereka semua mulia dan bertakwa, selalu menyembah Allah dengan penghambaan sesungguhnya, mereka konsisten dalam melaksanakan perintah Allah, dan tidak pernah membangkang-Nya.
Kata “malaikat” adalah bentuk jama’ dari malak, yang berarti menguasai. Ini memberikan pengertian bahwa malaikat mempunyai tugas untuk menguasai kekuatan alam, dalam arti fisik. Kata malaka merupakan derivasi kata alaka atau ma’lakah yang berarti mengutus atau utusan. Ini memberikan pengertian bahwa tugas malaikat adalah sebagai utusan Allah kepada manusia.
Sedangkan menurut terminologi malaikat adalah makhluk rohani yang bersifat gaib, diciptakan dari nur (cahaya) yang diberi kekuatan untuk selalu taat, tunduk serta patuh kepada Allah dan tidak pernah ingkar kepada-Nya. Mereka tidak makan, minum atau tidur. Mereka tidak memiliki keinginan apapun. Mereka menghabiskan waktu siang dan malam hanya untuk mengabdi atau hanya memuji kepada Allah.


B.     Makna Iman Kepada Malaikat
Iman kepada malaikat merupakan salah satu dari enam rukun iman.  Ia merupakan pokok dari beberapa pokok iman, sehingga iman seseorang hamba tidak sah sebelum iman kepada mereka. Sebagaimana firman Allah Swt:
 آمن الرسول بما أنزل إليه من ربه والمؤمنون كل آمن بالله وملائكته وكتبه ورسله لا نفرق بين أحد من رسله
“Rasul (Muhammad) beriman kepada apa yang diturunkan kepadanya (al-Qur’an) dari Tuhannya, demikian pula orang-orng yang beriman, semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya (Q.S. al-Baqoroh : 285)
Hal tersebut juga dijelaskan dalam hadits riwayat muslim. Dari Umar mengatakan bahwa Nabi penah didatangi seorang laki-laki yang meminta penjelasan tentang iman. Nabi menjawab “iman adalah kamu beriman kepada Allah, malaikat-malikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, serta beriman kepada ketentuan (takdir) yang baik maupun yang buruk.”
Jumlah banyaknya malaikat tidak ada yang megetahui, hanya Allah yang mengetahui pasti jumlahnya. Sebagaiman firman Allah dalam al-quran. “Dan tidak ada yang mengetahui tentara tuhanmu, melainkan dia sendiri (Q.S al-muddatsir (74);31)
Iman kepada malaikat adalah meyakini dan membenarkan bahwa Allah Swt. telah menciptakan malaikat. Beriman kepada Malaikat sangat berbeda dengan beriman kepada Allah SWT. Apabila beriman kepada Allah SWT harus diwujudkan dalam bentuk pengabdian/peribadahan kepadaNya, maka beriman kepada malaikat tidaklah demikian. Perwujudan beriman kepada malaikat hanya sebatas meyakini bahwa Allah SWT menciptakan makhlukNya yang tebuat dari cahaya dan diberi tugas khusus untuk berhubungan dengan manusia. Beriman kepada malaikat tidak diwujudkan dalam bentuk beribadah kepadanya, karena malaikat dan manusia sama-sama makhluk Allah SWT.
Iman kepada malaikat dapat diartikan dengan beberapa makna, yaitu:
a)      Membenarkan dan meyakini keberadaan malaikat
Sekelompok orang sesat mengingkari keberadaan malikat, mereka mengatakan bahwa malaikat ibarat ‘kekuatan kebaikan’ yang terpendam pada diri makhluk, kelompok ini sesat karena mereka tidak mempercayai kitabullah, sunnah Rasul, dan ijma’ (konsensus) umat islam. Allah Swt berfirman:
الْحَمْدُ لِلَّهِ فَاطِرِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ جَاعِلِ الْمَلَائِكَةِ رُسُلًا أُولِي أَجْنِحَةٍ مَثْنَى وَثُلَاثَ وَرُبَاعَ يَزِيدُ فِي الْخَلْقِ مَا يَشَاءُ إِنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
“Segala puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi, yang menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan (untuk mengurus berbagai urusan) yang mempunyai sayap-sayap masing-masing (ada yang) dua, tiga, dan empat” (QS. Fathir: 1)
وَلَوْ تَرَى إِذْ يَتَوَفَّى الَّذِينَ كَفَرُوا الْمَلَائِكَةُ يَضْرِبُونَ وُجُوهَهُمْ وَأَدْبَارَهُمْ وَذُوقُوا عَذَابَ الْحَرِيقِ
”Dan sekiranya kamu melihat ketika malaikat mencabut nyawa orang-orang yang kafir sambil memukul wajah dan punggung mereka (dan berkata), “rasakanlah olehmu siksa neraka yang membakar”.”(QS. Al-Anfal: 50)
Diriwayatkan dari Abu Hurairoh bahwa nabi bersabda, yang artinya: “apabila Allah mencintai seorang hamba-Nya, Ia memberitahu Jibril bahwa Ia mencintai fulan, dan menyuruh Jibril untuk mencintainya. Maka Jibril pun mencintainya. Lalu Jibril memberitahu para penghuni langit bahwa Allah mencintai fulan dan menyuruh mereka untuk mencintainya, maka penghuni langit pun mencintainya. Kemudian para penghuni bumi mencintainya. (HR. Bukhori)
Dari nash-nash di atas tampak jelas bahwa para malaikta itu benar-benar ada, bukan sekedar kekuatan maknawi yang terpendam dalam diri manusia seperti dugaan kelompok sesat tersebut. Keyakinan ini telah disepakati oleh umat islam.
b)      Menempatkan mereka pada kedudukannya yaitu:
a.       Dengan menetapkan mereka sebagai makhluk dan hamba Allah, sebagaimana manusia dan jin yang diperintah dan terkena taklif (pembebanan). Malaikat ditabiatkan untuk selalu taat kepada Allah, mereka tidak mempunyai kemampuan untuk membangkang. Allah berfiman:
“...penjaganya malaikat-malaikat yang kasar dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang di perintahkan” (QS. At-Tahrim: 6)
Tidak membangkang dan selalu taat adalah perangai atau tabiat malaikat. Mungkin hal ini yang menyebabkan sebagian ulama mengatakan bahwa malaikat tidak terkena taklif dan tidak masuk dalam janji dan ancaman Allah. Kita boleh mengatakan bahwa malaikat tidak terkena taklif yang dibebankan kepada anak-cucu Adam. Namun,  pendapat yang mengatakan bahwa malaikat tidak terkena taklif secara mutlak adalah pendapat yang ditolak. Karena malikat untuk beribadah dan tunduk atau taat. Sebagaimana dalam surat An-Nahl ayat 50: “mereka takutkepada Tuhan yang (berkuasa) di atas mereka dan melaksanakan apa yang di perintahkan.”  Dalam ayat tersebut dikatakan bahwa mereka takut kepada Tuhannya, dan khouf  (takut) adalah warna atau macam dari taklif-taklif syariat, bahkan khouf merupakan bentuk ibadah yang paling tinggi derajatnya.
b.      Meyakini bahwa mereka tidak mempunyai kemampuan kecuali kemampuan yang telah diberikan Allah.  Allah telah memberikan beberapa kemampuan kepada malaikat, di antaranya Allah telah memberikan kemampuan kepada malaikat untuk merubah bentuk asalnya. Sebagai mana Allah pernah mengutus Jibril kepada Maryam dalam bentuk manusia.
وَاذْكُرْ فِي الْكِتَابِ مَرْيَمَ إِذِ انْتَبَذَتْ مِنْ أَهْلِهَا مَكَانًا شَرْقِيًّا - فَاتَّخَذَتْ مِنْ دُونِهِمْ حِجَابًا فَأَرْسَلْنَا إِلَيْهَا رُوحَنَا فَتَمَثَّلَ لَهَا بَشَرًا سَوِيًّا - قَالَتْ إِنِّي أَعُوذُ بِالرَّحْمَنِ مِنْكَ إِنْ كُنْتَ تَقِيًّا -  قَالَ إِنَّمَا أَنَا رَسُولُ رَبِّكِ لِأَهَبَ لَكِ غُلَامًا زَكِيًّا
“Dan ceritakanlah (Muhammad) kisah Maryam di dalam kitab (Al-Qur’an), (yaitu) ketika dia mengasingkan diri dari keluarganya ke suatu tempat di sebelah timur (Baitul Maqdis) - lalu  memasang tabir (yang melindunginya) dari mereka; lalu kami mengutus roh kami (Jibril) kepadanya, maka dia menampakkan diri dalam bentuk manusia yang sempurna – dia (Maryam) berkata, “sungguh, aku berlindung pada Tuhan Yang Maha Pengasih terhadapmu, jika engkau orang yang bertakwa – dia (Jibril) menjawab, “sesungguhnya, aku hanyalah utusan Tuhanmu untuk menyampaikan anugerah kepadamu seorang anak laki-laki yang suci.” (QS. Maryam: 16 – 19).
c.       Meyakini mereka akan mengalami kematian, akan tetapi Allah memberikan masa yang lama pada mereka, sehingga mereka tidak mati sebelum sampai masa itu.
Malaikat akan mati seperti halnya manusia dan jin. Hal ini cukup jelas diterangkan dalam Al-Qur’an surat Az-Zumar ayat 68:
وَنُفِخَ فِي الصُّورِ فَصَعِقَ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ إِلَّا مَنْ شَاءَ اللَّهُ ثُمَّ نُفِخَ فِيهِ أُخْرَى فَإِذَا هُمْ قِيَامٌ يَنْظُرُونَ
“Dan sangkakala pun ditiup, maka matilah semua (makhluk) yang di langit dan di bumi kecuali mereka yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sekali lagi (sangkakala itu) maka seketika itu mereka bangun (dari kuburnya) menunggu (keputusan Allah).”
Ayat tersebut mencakup malaikat, karena malaikat merupakan makhluk yang ada di langit. Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengatakan, “ini adalah tiupan yang kedua, yakni tiupan sho’iq (kematian), dengan tiupan ini makhluk yang hidup di langit dan bumi akan mati kecuali mereka yang dikehendaki Allah. Sehingga makhluk yang terakhir matinya adalah malaikat pencabut nyawa.”
Ayat lain yang menunjukan bahwa malaikat mati adalah firman Allah dalam surat Al-Qoshosh ayat 68 yang artinya: “...segala sesuatu pasti binasa, kecuali Allah”. Dan apakah salah satu dari malaikat ada yang mati sebelum tiupan sangkakala? Ini yang tidak dapat kita ketahui, dan kita tidak dapat menyelaminya. Karena tidak ditemukan nash Al-Qur’an yang menetapkan atau mentiadakan perihal kematian malaikat sebelum tiupan sangkakala.
c)      Mengetahui nama-nama malaikat dan tugas-tugasnya.
Malaikat-malaikat Allah mempunyai nama. Namun, kita hanya mengetahui atau mengenal sedikit nama malaikat. Karena kita hanya bisa mengetahui nama mereka dari ayat Al-qur’an atau Hadits. Nama-nama itu antara lain:
-          Jibril, malaikat yang bertugas menyampaikan wahyu kepada para Nabi. Para malaikat yang bertugas menyampaikan ilham kepada manusia, jin dan hewan berada di bawah kepemimpinannya. Bahkan di antara malaikat yang sepuluh, malaikat Jibril adalah yang paling mulya. Beliau adalah Ar-Ruhul Qudus yang telah membimbing dan menguatkan Nabi Isa dalam menjalankan tugas kenabian. Jibril pula yang menyampaikan firman kepada Nabi Muhammad dan mengajari beliau SAW. Dan Jibril tidak pernah ‘salah alamat’.
“Sesungguhnya Al Qur’an itu benar-benar firman (Allah yang dibawa oleh) utusan yang mulia (Jibril), yang mempunyai kekuatan, yang mempunyai kedudukan tinggi di sisi (Allah) Yang mempunyai ‘Arsy, yang dita’ati di sana (di alam malaikat) lagi dipercaya.” [QS. At-Takwir:19-21]
-          Malaikat Mikail, bertugas menurunkan hujan dan membagi rizki kepada seluruh makhluk Allah SWT, khususnya manusia.
Jibril dan Mikail disebutkan didalam Al-Qur’an surat Al-Baqoroh ayat 98.
مَنْ كَانَ عَدُوًّا لِلَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَرُسُلِهِ وَجِبْرِيلَ وَمِيكَالَ فَإِنَّ اللَّهَ عَدُوٌّ لِلْكَافِرِينَ
“barang siapa menjadi musuh Allah, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, Jibril, dan Mikail, maka sesungguhnya Allah musuh bagi orang-orang kafir.”
-          Isrofil, bertugas meniup sangkakala (tanda-tanda) datangnya hari kiamat dan menjelang manusia dibangkitkan.
Jibril, Mikail, dan Isrofil adalah tiga nama malaikat yang disebutkan Nabi Muhammad dalam do’anya, disaat Nabi mengawali sholat malamnya. Adapun do’anya adalah:
 اللهم رب جبريل وميكائيل وإسرافيل ، فاطر السماوات والأرض ، عالم الغيب والشهادة ، أنت تحكم بين عبادك فيما كانوا فيه يختلفون ، اهدني لما اختلف فيه من الحقّ بإذنك ، إنك تهدي من تشاء إلى صراط مستقيم.[1]
-          Izro’il, yang bertugas mencabut nyawa semua makhluk, temasuk dirinya sendiri dan mempunyai nama lain Malaikat Maut. Nama Izro’il tidak ditemukan dalam Al-Qur’an maupun Hadits. Namun penamaan malaikat maut dengan nama Izro’il ini terdapat dalam sebagian atsar.
-          Munkar dan Nakir, para malaikat yang menyoal di alam qubur. Munkar dan Nakir adalah dua malaikat yang dinamai oleh Nabi, dan penyebutan kedua malaikat ini tersebar dalam beragai hadits tentang pertanyaan kubur.
-          Raqib pencatat amal baik.
-          ‘Atid pencatat amal buruk.
Sebagian ulama ada yang menyebutkan bahwa sebagian dari nama malikat adalah Raqib dan Atid, mereka mengambil dalil dari Al-Qur’an surat Qaf ayat 17 – 18. “(yaitu)” ketika dua malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk disebelah kanan dan yang lain disebelah kiri. tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya rakib dan atid.
Namun yang disebutkan ulama’ itu bukan pendapat yang shohih, karena rakib dan atid dalam ayat tersebut adalah dua sifat yang dimiliki oleh dua malaikat yang mencatat amal-amal perbuatan. Arti dari kedua kata tersebut adalah dua malaikat yang hadir dan menyaksikan perbuatan hambanya, bukan dua nama malaikat.
-          Malik adalah penjaga pintu neraka. Dalam surat Az-Zuhruf ayat 77:
وَنَادَوْا يَا مَالِكُ لِيَقْضِ عَلَيْنَا رَبُّكَ قَالَ إِنَّكُمْ مَاكِثُونَ
“Mereka berseru “hai malaikat biarkan Tuhanmu membunuh kami saja”. Dia menjawab, “kamu akan tetap tinggal (di neraka ini).”
-          Ridwan penjaga pintu surga. Ibnu Katsir mengatakan bahwa penjaga pintu surga adalah malaikat Ridwan yang keterangannya diambil dari sebagian hadits.

C.     Buah Iman Kepada Malaikat
1.      Mengetahui keagungan Allah, kekuatan dan kekuasaan-Nya. Karena kebesaran makhluk pada hakikatnya menunjukan keagungan sang (khaliq) pencipta.
2.      Syukur kepada Allah atas perhatian-Nya terhadap manusia sehingga menugaskan malaikat untuk memelihara, mencatat amal-amal dan berbagai kemaslahatannya yang lain.
3.      Cinta kepada para malaikat karena ibadah yang mereka lakukan kepada Allah.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN

 Iman kepada malaikat merupakan rukun iman yang ke-dua. Iman kepada malaikat ialah meyakini dan membenarkan bahwa Allah Swt telah menciptakan malaikat.  beriman kepada malaikat  tidak diwujudkan dalam bentuk beribadah/mengabdi kepadanya, perwujudan beriman kepada malaikat hanya sebatas meyakini bahwa Allah Swt telah menciptakan makhluk-Nya yang terbuat dari cahaya(nur) dan diberi tugas khusus untuk berhubungan dengan manusia.  Kita dapat meyakininya dengan meyakini bahwa malaikat itu ada, menempatkan mereka pada kedudukannya.

REFERENSI
1.      Barizi, Ahmad, Malaikat di Antara Kita, Jakarta Selatan: Hikmah, 2004.
2.      Sabiq, Sayyid, Aqidah Islam
3.      Nizhan, Abu, Al-Qur’an Tematis, Bandung: Mizan, 2011.
4.      Ibnu Umar Al-Asyqar, Sulaiman, ‘Alamul Malaikatil ghoib, Maktabah Syamilah




[1] Diriwayatkan dari ‘Aisyah (HR. Muslim)

No comments:

Post a Comment