Tuesday 11 November 2014

PENTINGNYA SPIRITUALITAS DALAM KEHIDUPAN MANUSIA MODERN




Disusun Oleh :



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang

Proses modernisasai seringkali ditandai oleh pesatnya perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Tehnologi, juga adannya pengagungan terhadap nilai-nilai yang bersifat materi dan meninggalkan unsur-sunsur yang sifatnya spiritual. Kemajuan IPTEK telah banyak membawa perubahan bagi masyarakat, terutama dalam cara berpikir, bersikap, dan bertingkah laku dalam berbagai aspek kehidupan, seperti bidang ekonomi, sosial, politik, budaya bahkan agama dan lain-lain.
Jika manusia tidak mampu mengantisipasi cepatnya perkembangan ilmu pengetahuan tersebut, maka akan menimbulkan ketidak-seimbangan antara aspek jasmaniyah dan aspek ruhaniyah. Ketidak-seimbangan itu dapat dijumpai dalam realitas, di mana banyak manusia yang sudah hidup dalam lingkup peradaban modern dengan menggunakan berbagai teknologi, tetapi dalam menempuh kehidupan, terjadi distorsi-distorsi nilai kemanusiaan, terjadi dehumanisasi yang disebabkan oleh kapasitas intelektual, mental dan jiwa yang tidak siap untuk mengarungi samudera peradaban modern.
Kurangnya kemampuan manusia bermain dalam percaturan peradaban modern yang terus melaju, menyebabkan sebagaian besar manusia modern terperangkap dalam situasi yang menurut Rollo May, seorang Psikolog Humanis, disebut sebagai “manusia dalam kerangkeng”, yaitu suatu istilah untuk menggambarkan derita manusia. Dalam keadaan yang demikian, manusia seperti ini sudah kehilangan makna, manusia kosong (the holloq man), sehingga ia tidak tahu lagi apa yang harus diperbuat dan tidak mampu memilih jalan hidup yang diinginkan.
Akibat yang ditimbulkan dari gaya hidup modern yang lebih mementingkan dunia materi dan mengabaikan aspek-aspek batini yaitu terjadinya gangguan kejiwaan, seperti kecemasan, kesepian, kebosanan, perilaku menyimpang, psikosomatis, dan lain sebagainya. Oleh karenanya, dalam makalah ini akan dibahas sedikit tentang pentingnya spiritualitas bagi manusia modern.
B.     Rumusan Masalah
a.       Siapakah manusia?
b.      Siapakah manusia modern?
c.       Mengapa spiritualitas penting bagi manusia modern?
C.     Tujuan Penulisan
Untuk memenuhi tugas mata kuliyah tasawuf dan akhlak dan mengetahui kebutuhan manusia modern kepada spiritualitas, sehingga dapat merasakan pentingnya spiritualitas dalam kehidupan.

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Manusia
Secara teologis, manusia adalah makhluk Allah yang ditunjuk sebagai hamba dan khalifah-Nya di muka bumi, yang diciptakan dari tanah liat sebagai bahan baku jasadnya dan ia memiliki ruh. Allah berfirman:
فَإِذَا سَوَّيْتُهُ وَنَفَخْتُ فِيهِ مِنْ رُوحِي فَقَعُوا لَهُ سَاجِدِينَ
Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud.” (QS. Al-Hijr : 29)
Ada dua kubu yang berbeda dalam menafsirkan kata رُوحِي. Kaum teolog mengartikannya dengan “ruh ciptaan-Ku” dan kaum sufi mengartikannya dengan “ruh-Ku”, karena itu kaum sufi berpendapat bahwa manusia memiliki aspek ilahiyah.
Menurut Dr. H. Abdul Muhayya, jika dilihat dari struktur kata antara lafadz رُوحِ -manusia- dan ي mutakallim wahid -yang kembali pada Allah-, hal ini menunjukkan hubungan erat antara keduanya. Dan ini menunjukkan bahwa unsur ruh (spiritu) yang ada dalam diri manusia merupakan unsure terpenting dalam pribadi setiap manusia.

B.     Manusia Modern
Deliar Noer memberikan ciri-ciri modern sebagai berikut :
1.      Bersifat rasional, yaitu lebih mengutamakan pendapat akal fikiran dari pada pendapat emosi, sebelum melakukan pekerjaan selalu dipertimbangkan untung ruginya dan pekerjaan tersebut secara logika dipandang menguntungkan.
2.      Berfikir untuk masa depan yang lebih jauh, tidak hanya memikirkan masalah yang bersifat sesaat, tetapi juga selalu melihat dampak sosialnya secara lebih jauh.
3.      Menghargai waktu, yaitu selalu melihat waktu adalah sesuatu yang sangat berharga dan perlu dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.
4.      Bersikap terbuka, yaitu mau menerima saran, masukan, baik berupa kritik, gagasan dan perbaikan dari manapun.
5.      Berfikir objektif, yaitu melihat segala sesuatu dari sudut fungsi dan kegunaannya bagi masyarakat.
Menurut Carl Jung (1875-1961) adalah The man who is aware of the immediate present. Karena itu, manusia modern telah kehilangan keyakinan-keyakinan metafisis dan eskatologis. Sebab manusia modern lahir dari eksistensialisme yang hanya mengakui eksistensi manusia manakala manusia tersebut sudah merdeka. Dan dia merdeka hanya kalau dia menjadi ateis.
Menurut August Comte, adalah mereka yang sudah sampai kepada tingkatan pemikiran positif. Pada tahapan ini manusia sudah lepas dari pemikiran religius dan pemikiran filosofis yang masih global. Mereka telah sampai kepada pengetahuan yang rinci tentang sebab-sebab segala sesuatu yang terjadi pada alam semesta ini.
Manusia modern merupakan orang-orang yang hidup dalam dunia modern, yang selalu berpikir rasional materialisme. Mereka tidak  mempercayai adanya spirit yang ada pada dirinya, karena hal tersebut secara materi tidak pernah ada. Ketergantungan manusia yang semakin meningkat kepada rasio serta pencapaian ilmu dan teknologi, yang ketergantungan kemampuan usahanya sendiri tanpa bantuan kekuatan super natural. Dengan demikian yang memegang peranan utama dari ciri-ciri masyarakat modern adalah Ilmu pengetahuan modern dan teknologi modern.
Ketergantungan orang-orang modern lebih meningkat pada rasio dan akal dan akhirnya mereka tidak percaya dengan adanya nasib atau taqdir yang datangnya dari Maha Pencipta. Mereka lebih percaya dengan kemampuan dan usaha sendiri tanpa bantuan super natural. Karenanya manusia modern mengalami krisis spiritual.

C.     Pentingnya Spiritualitas Untuk Kehidupan Manusia Modern
Menurut bahasa diambil dari “spirit” yang artinya jiwa. Maka spiritualitas atau spirituality adalah kejiwaan atau keruhaniahan. Istilah spiritual dapat didefinisikan sebagai pengalaman manusia secara umum dari suatu pengertian akan makna, tujuan dan moralitas.
Oleh karena itu, seseorang sering mengatakan agama sebagai spiritualitas. Karena agama sendiri adalah moral, yaitu moral hamba pada Tuhannya, hamba pada dirinya sendiri, dan hamba dengan sesamanya (masyarakat dan lingkungan/alam semesta).
Orang yang memiliki spiritualitas berarti orang yang bertindak sesuai hati nurani. Dalam konteks individual, ketika seorang mengalami penyakit, kehilangan, galau dan stres, kekuatan spiritual dapat membantu individu tersebut menuju penyembuhan dan terpenuhinya tujuan dengan atau melalui pemenuhan kebutuhan spiritual. Dalam konteks bermasyarakat, spiritualitas berperan dalam meningkatkan rasa solidaritas antar sesama makhluk sosial, rasa saling membutuhkan dan saling menolong  satu samalain merupakan dorongan dari dalam diri setiap orang.
Ruh atau jiwa memiliki fungsi yang sangat dominan dalam diri manusia. Oleh karena itu, krisis spiritual dapat menyebabkan terjadinya berbagai penyakit jiwa yang dapat menimbulkan berbagai kemadlaratan bagi diri sendiri maupun orang lain, akan menurunkan martabat manusia ke jurang kehancuran yang mengancam peradaban dan eksistensi manusia, dan dengan spiritualitas manusia modern akan mendapatkan ketenangan hati yang akan membuahkan kebahagiaan.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
problema manusia modern di atas adalah manusia yang kehilangan masadepannya, merasa kesunyian dan kehampaan jiwa di tengah-tengah derunya laju kehidupan.Untuk ini spiritualitas yang berkenaan dengan ibadah, zikir, taubat dan berdo’a menjadi penting, sehingga ia tetap mempunyai harapan, yaitu bahagia hidup di akhirat nanti. Bagi orang-orang yang sudah lanjut usia yang dahulu banyak menyimpang hidupnya, akan terus dibayangi perasaan dosa, jika tidak segera bertaubat. Spiritualitas memberi kesempatan bagi penyelamatan manusia yang demikian.
DAFTAR PUSTAKA
Simuh, Abdul Muhayya dkk, Tasawuf dan Krisis, Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR , 2001.



No comments:

Post a Comment