Disusun
Oleh :
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Proses
modernisasai seringkali ditandai oleh pesatnya perkembangan Ilmu Pengetahuan
dan Tehnologi, juga adannya pengagungan terhadap nilai-nilai yang bersifat
materi dan meninggalkan unsur-sunsur yang sifatnya spiritual. Kemajuan IPTEK
telah banyak membawa perubahan bagi masyarakat, terutama dalam cara berpikir,
bersikap, dan bertingkah laku dalam berbagai aspek kehidupan, seperti bidang
ekonomi, sosial, politik, budaya bahkan agama dan lain-lain.
Jika
manusia tidak mampu mengantisipasi cepatnya perkembangan ilmu pengetahuan
tersebut, maka akan menimbulkan ketidak-seimbangan antara aspek jasmaniyah dan
aspek ruhaniyah. Ketidak-seimbangan itu dapat dijumpai dalam realitas, di mana
banyak manusia yang sudah hidup dalam lingkup peradaban modern dengan
menggunakan berbagai teknologi, tetapi dalam menempuh kehidupan, terjadi
distorsi-distorsi nilai kemanusiaan, terjadi dehumanisasi yang disebabkan oleh
kapasitas intelektual, mental dan jiwa yang tidak siap untuk mengarungi
samudera peradaban modern.
Kurangnya
kemampuan manusia bermain dalam percaturan peradaban modern yang terus melaju,
menyebabkan sebagaian besar manusia modern terperangkap dalam situasi yang
menurut Rollo May, seorang Psikolog Humanis, disebut sebagai “manusia dalam
kerangkeng”, yaitu suatu istilah untuk menggambarkan derita manusia. Dalam
keadaan yang demikian, manusia seperti ini sudah kehilangan makna, manusia
kosong (the holloq man),
sehingga ia tidak tahu lagi apa yang harus diperbuat dan tidak mampu memilih
jalan hidup yang diinginkan.
Akibat
yang ditimbulkan dari gaya hidup modern yang lebih mementingkan dunia materi
dan mengabaikan aspek-aspek batini yaitu terjadinya gangguan kejiwaan, seperti
kecemasan, kesepian, kebosanan, perilaku menyimpang, psikosomatis, dan lain
sebagainya. Oleh karenanya, dalam makalah ini akan dibahas sedikit tentang
pentingnya spiritualitas bagi manusia modern.
B.
Rumusan Masalah
a.
Siapakah manusia?
b.
Siapakah manusia modern?
c.
Mengapa spiritualitas penting bagi
manusia modern?
C.
Tujuan Penulisan
Untuk
memenuhi tugas mata kuliyah tasawuf dan akhlak dan mengetahui kebutuhan manusia
modern kepada spiritualitas, sehingga dapat merasakan pentingnya spiritualitas
dalam kehidupan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Manusia
Secara teologis, manusia adalah makhluk Allah yang ditunjuk
sebagai hamba dan khalifah-Nya di muka bumi, yang diciptakan dari tanah liat
sebagai bahan baku jasadnya dan ia memiliki ruh. Allah berfirman:
فَإِذَا سَوَّيْتُهُ وَنَفَخْتُ فِيهِ مِنْ رُوحِي فَقَعُوا لَهُ
سَاجِدِينَ
“Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan
kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud.” (QS. Al-Hijr : 29)
Ada dua kubu yang berbeda dalam menafsirkan kata رُوحِي. Kaum teolog mengartikannya dengan “ruh ciptaan-Ku” dan kaum
sufi mengartikannya dengan “ruh-Ku”, karena itu kaum sufi berpendapat bahwa
manusia memiliki aspek ilahiyah.
Menurut Dr. H. Abdul Muhayya, jika
dilihat dari struktur kata antara lafadz رُوحِ -manusia- dan ي
mutakallim wahid -yang kembali pada Allah-, hal ini menunjukkan hubungan erat
antara keduanya. Dan ini menunjukkan bahwa unsur ruh
(spiritu) yang ada dalam diri manusia merupakan unsure terpenting dalam pribadi
setiap manusia.
B.
Manusia
Modern
Deliar Noer memberikan ciri-ciri modern sebagai berikut :
1.
Bersifat rasional, yaitu lebih
mengutamakan pendapat akal fikiran dari pada pendapat emosi, sebelum melakukan
pekerjaan selalu dipertimbangkan untung ruginya dan pekerjaan tersebut secara
logika dipandang menguntungkan.
2.
Berfikir untuk masa depan yang lebih
jauh, tidak hanya memikirkan masalah yang bersifat sesaat, tetapi juga selalu
melihat dampak sosialnya secara lebih jauh.
3.
Menghargai waktu, yaitu selalu
melihat waktu adalah sesuatu yang sangat berharga dan perlu dimanfaatkan dengan
sebaik-baiknya.
4.
Bersikap terbuka, yaitu mau menerima
saran, masukan, baik berupa kritik, gagasan dan perbaikan dari manapun.
5.
Berfikir objektif, yaitu melihat
segala sesuatu dari sudut fungsi dan kegunaannya bagi masyarakat.
Menurut August Comte, adalah mereka yang sudah sampai kepada
tingkatan pemikiran positif. Pada tahapan ini manusia sudah lepas dari
pemikiran religius dan pemikiran filosofis yang masih global. Mereka telah
sampai kepada pengetahuan yang rinci tentang sebab-sebab segala sesuatu yang
terjadi pada alam semesta ini.
Manusia modern merupakan orang-orang yang hidup dalam dunia
modern, yang selalu berpikir rasional materialisme. Mereka tidak mempercayai adanya spirit yang ada pada
dirinya, karena hal tersebut secara materi tidak pernah ada. Ketergantungan manusia yang semakin
meningkat kepada rasio serta pencapaian ilmu dan teknologi, yang ketergantungan
kemampuan usahanya sendiri tanpa bantuan kekuatan super natural. Dengan
demikian yang memegang peranan utama dari ciri-ciri masyarakat modern adalah
Ilmu pengetahuan modern dan teknologi modern.
Ketergantungan orang-orang modern lebih meningkat pada rasio
dan akal dan akhirnya mereka tidak percaya dengan adanya nasib atau taqdir yang
datangnya dari Maha Pencipta. Mereka lebih percaya dengan kemampuan dan usaha
sendiri tanpa bantuan super natural. Karenanya manusia modern mengalami
krisis spiritual.
C.
Pentingnya Spiritualitas Untuk Kehidupan Manusia Modern
Menurut bahasa diambil dari “spirit” yang artinya jiwa. Maka
spiritualitas atau spirituality adalah kejiwaan atau keruhaniahan.
Istilah spiritual dapat didefinisikan sebagai pengalaman manusia secara umum
dari suatu pengertian akan makna, tujuan dan moralitas.
Oleh karena itu, seseorang sering mengatakan agama sebagai
spiritualitas. Karena agama sendiri adalah moral, yaitu moral hamba pada
Tuhannya, hamba pada dirinya sendiri, dan hamba dengan sesamanya (masyarakat
dan lingkungan/alam semesta).
Orang yang memiliki spiritualitas berarti orang yang
bertindak sesuai hati nurani. Dalam konteks individual, ketika
seorang mengalami penyakit, kehilangan, galau dan stres, kekuatan spiritual
dapat membantu individu tersebut menuju penyembuhan dan terpenuhinya tujuan
dengan atau melalui pemenuhan kebutuhan spiritual. Dalam konteks bermasyarakat,
spiritualitas berperan dalam meningkatkan rasa solidaritas antar sesama makhluk
sosial, rasa saling membutuhkan dan saling menolong satu samalain merupakan dorongan dari dalam
diri setiap orang.
Ruh atau jiwa memiliki fungsi yang sangat dominan
dalam diri manusia. Oleh karena itu, krisis spiritual dapat menyebabkan
terjadinya berbagai penyakit jiwa yang dapat menimbulkan berbagai kemadlaratan
bagi diri sendiri maupun orang lain, akan menurunkan martabat manusia ke
jurang kehancuran yang mengancam peradaban dan eksistensi manusia, dan dengan spiritualitas
manusia modern akan mendapatkan ketenangan hati yang akan
membuahkan kebahagiaan.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
problema manusia modern di atas
adalah manusia yang kehilangan masadepannya, merasa kesunyian dan kehampaan
jiwa di tengah-tengah derunya laju kehidupan.Untuk ini spiritualitas yang
berkenaan dengan ibadah, zikir, taubat dan berdo’a menjadi penting, sehingga ia
tetap mempunyai harapan, yaitu bahagia hidup di akhirat nanti. Bagi orang-orang
yang sudah lanjut usia yang dahulu banyak menyimpang hidupnya, akan terus
dibayangi perasaan dosa, jika tidak segera bertaubat. Spiritualitas memberi
kesempatan bagi penyelamatan manusia yang demikian.
DAFTAR PUSTAKA
Ichwan, Mohammad Nor, Tasawuf Dan
Masyarakat Modern: Solusi Sufistik Terhadap Krisis Spiritual Pada Masyarakat Modern, http://rasail.wordpress.com, 25, Mei, 2012.
Simuh,
Abdul Muhayya dkk, Tasawuf dan Krisis, Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR , 2001.
No comments:
Post a Comment