Sunday 20 December 2015

Ini Transkrip Lengkap Rekaman Ijazah Sanad SIRAJUT THOLIBIN oleh KH. Hambali Kepada peserta FORSILATNAS V PPM ASWAJA


                                                          estanuwijaya.blogspot.co.idMuhammad Istanu Wijaya
Pengasuh dan pendiri pondok pesantren As-Salafiyyah Bode Lor Plumbon Cirebon, KH. Hambali (depan-kanan) dan teman-teman PPM Aswaja saat peng-ijazahan kitab Sirajut Tholibin di kediaman KH. Hambali, Cirebon, Sabtu (19/12/2015).

CIREBON,www.estanuwijaya.blogspot.co.id--Setelah penutupan acara Forum Silaturrohmi Nasional (FORSILATNAS) V PPM ASWAJA yang digelar di PonPes as-Salafiyyah peserta FORSILATNAS V mendapatkan kesempatan untuk mendapatkan ijazah kitab Sirojut Tholibiin oleh KH. Hambali di kediamannya.

Setelah meng-ijazahkan sanad kitab, beliau (KH. Hambali) mengisahkan masa-masa belajarnya, selama ngaji kitab Sirojut Tholibiin, Tafsir Jalalain, Ihya Ulumud diin, dan ‘Aruudh bersama Syaikh Ihsan Muhammad Dahlan di Pondok Jampes Kediri. Diceritakan pula karomah yang dimiliki oleh mushonnif  (pengarang) kitab Sirojut Tholibiin itu.

Prosesi Ijazah sanad itu, direkam oleh penulis. Berikut ini transkip lengkap rekaman penuturan ijazah dan kisah mushonnif itu:


silahkan baca juga : http://estanuwijaya.blogspot.co.id/2015/12/luar-biasa-peserta-forsilatnas-v-ppm.html
KH HAMBALI: Walau sesingkat mungkin niatnya membawa faidah manfaat dunia sampai akhirat.

Jama’ah (peserta FORSILATNAS) : Amiin..

KH HAMBALI : Sejarah Romo Ihsan ini, meninggalnya tahun di bawah 52, 1952 meninggalnya. Saya meneumui Romo Ihsan itu dua tahun, tapi alhamdulillah dua tahun itu, banyak mengalami ngaji, pada waktu itu saya mempunyai balagh (ngaji bersama) di Romo Ihsan itu. Sirojut taholibin, Tafsir Jalalain, Ihya ulumuddin, ‘Aruudh untuk bahar (mukhtashar syafi).

Aang ZE : sastra?

Mas Badri : Mukhtashar Jiddan?

Aang ZE : bukan, Mukhtashar Jiddan itu jurumiyyah (membahas nahwu). Ini ‘Arudh.

KH HAMBALI : iya ini (berisi tentang ilmu) bahar. (diam sejenak). Lantas dikenalnya Romo Ihsan itu, ya ini sih dikenalnya, kalau tau sebnarnya sih saya enggak, jadi bukan hanya semata pengarang (kitab), tapi juga termasuk ahli hisab (astronomi). Jadi, ya, apa ya, kata orang Jawa sih, pengalemnya orang senang. Hehe (tersenyum). Hisabnya itu, falaqnya itu, itu daun, daun, upama daun buah mangga. Ini jatuhnya nanti, hari itu, tanggal sekian, jam sekian, tahu itu katanya. Haha. Tapi saya sendiri, hanya informasi, hanya sependengaran, ya kenyataannya sih gak tahu, tapi karena pengalemnya orang kaya begitu.

Lah kemudian, yang melanjutkan itu setelah Romo Ihsanwafat. ihya dengan sirojut tholibin itu adiknya, adkinya Romo Ihsan, tapi lain ibu, tunggal  bapak, tapi  lain ibu, lil ab, emm lil umm, yang melanjutkan Sirojut Thoolibiin dengan ihya ulumuddin. Tafisr jalalinnya,  yang melanjutkan itu pamannya, udah tua, disebutnya juga di sana romo Kholil. Itu yang melanjutkan tafsir jalalain. Kalo arudhnya sih, gak ada yang melanjutkan, hehe, arudhnya tuh. Lah, dia belum sampe hatam. kalo yang lain sih, sekalipun lain yang melanjutkan tapi sampe hatam. tapi kalo arudhnya sih jadi gak ada yang melanjutkan.  Kitabnya kecil tapi gak sampe hatam, Karena gak ada yang melanjutkan. Hehe. Alhamdulillah.

Lah nanti rencana pulang, sekarang kembali, semuanya  itu pulang malam ini atau bagaimana dari peserta?

Cak Usma : Sebagaian malam ini yai, sebagian besok pagi yai.

KH. Hambali: Sebagian pulang malam, lah ya, ada enggak  yang besok pagi itu?

Aang ze : Saya besok pagi yai.

KH. Hambali:  Lah ya, Sebenere enak besok pagi Istirahat dulu tidur sana. Alhamdulillah.
 Gitu ya pak, ya. Ti abdi (saya). Abdi semua itu, jadi  mohon  Kalo ada yang tidak berkenan selama di sini, keluarga sini mohon maaf. Kemampuannya segitu sih. Hehehe.

Aang ZE : Kita yang sudah berterima kasih banyak pak yai, sudah disediakan segala sesuatunya dan mengganggujuga ketenangannya pak yai.
KH. Hambali : Kebenaran ini, banyak kegiatan dari NU juga, pesantren kilat disini tiga-hari tiga malam. Minggu minggu yang sudah itu. Jadi saya berturut-turut. Nanti rabu yang akan datang itu,  qiyamul laili jam’iyyah keraton kasepuhan cirebon. Nanti rabu yang akan datang. Rabu manis, rabu legi.

Aang ze: Lokasinya?

KH. Hambali : Lokasi di situ. Jamaahnya di luar nanti. gak muat di dalam. Biasanya ribuan. Biasanya. Malam rebo legi. Itu udah istiqomah. Kalo malam rebo legi jam’iyyah sholawat nariyah. Dibawah naungan jkeraton kasepuhan. Itu qiyamul lail disini. Jamiyyyahan dulu, lantas setelah itu jamiyyahan qiyamul lail. Qiyamul lail Yang dilakukan sholat hajat dengan shalat tasbih. Setiap rebo legi. Sebulan sekali. Dibawah naungan jkeraton kasepuhan. Disini banyak jam’iyyah sholawat nariyyah. Tapi yang Dibawah naungan jkeraton kasepuhan itu malam rebo itu. Ada yang dibawah naungan keraton hanoman. Lah kalo Di cirebon itu ada kasepuhan ada kanoman. Gitu yah.

Kang syukur : Yai, nyuwun sewu yai..

KH. Hambali: Bagaimana?

Kang Syukur : meskipun ini pertemuan singkat, nyuwun diakui dados...
Santri?? Hahaha. Iya. iya. Insya allah. Ya kalo, kalo, kalian mohon diakui jadi santri, ya saya mohon diakui jadi kiyai. Hahaha (gelak tawa dari pak yai dan teman-teman). Kan gak, gak melebihi bukan? Hehe. Udah wajar begitu kan ya? Humor, tapi bener ini insya allah. hehe

KH. Hambali : ‘ala hadzihin niyyah wa ‘ala kulli niyyatin sholihah al-fatihah!

Jama’ah : (Membaca al-Fatihah bersama)

KH. Hambali : Ilaa arbaatil a’immati mujtahidin, wa muqollidihim fid diin, wal ulama’il amiliin, wa fuqoha’i wal muhadditsin, wal qurro’i wal mufassiriin, wasy syuhadaa’i wash shoolihiin, was saadatish shuufiyatil muhaqqiqiin wa jamii’il awliyaa’i ainamaa kaanuu rohmatullohi alaihim syai’un lillahi lahum alfaatihah!
Jama’ah : (Membaca al-Fatihah bersama)

KH. Hambali : Tsumma ilaa arwahi abaa’inaa wa ummahaatinaa, wa ajdaadinaa wa jaddaatinaa, wa ikhwatinaa wa akhwaatinaa, wa a’maaminaa wa ‘ammaatinaa, wa akhwalinaa wa khoolaatinaa, rohmatullohi wa maghfirotuhu alaihim, syai’un lillahi lahum alfaatihah!

Jama’ah : (Membaca al-Fatihah bersama)

Dilanjutkan dengan do’a dari KH Hambali :

Allohumma sholli wa sallim alaa sayyidinaa wa habiibinaa, wa syaa’fi’ina, wa kariiminaa wa zuhrinaa wa maulaanaa muhaamad, wa sallim wa rodhiyallahu tabaaroka wa ta’aala an shohaabati rasuulillahi ajma’iin.
Alahamdulillahi robbil ‘alamiin hamdas syaakiriin Hamdan naa’imiin hamday yuwaafii ni’amahu wa yukaafi’uu maziidah. Yaa robbanaa lakal hamdu kamaa yanbaghii lijalaali wajhikal kariimi wa ahiimi sulthoonik. (Ilaa akhiirihi). (M.e. Widjaya)

No comments:

Post a Comment