oleh :
Nuris Shobaha
Disusun
Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Tauhid
Dosen
Pengampu : Drs. H. Ridin Sofwan, M.Pd
Disusun
Oleh :
Nuris
Shobaha (134211059)
TAFSIR
HADITS – FAKULTAS USHULUDDIN
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) WALISONGO
SEMARANG
2014
BAB
I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Iman kepada
malaikat merupakan salah satu dari rukun iman. Namun sampai dewasa ini,
malaikat diyakini oleh manusia sabagai makhluk “misteri”. Mereka meyakini bahwa
malaikat merupakan makhluk Allah dimana eksistensinya tidak dapat diungkap
secara kasat mata. Dengan kata lain, malaikat merupakan makhluk Allah yang
“bersembunyi” di balik kegaiban-Nya.
Kita
hanya bisa mengimani keberadaan mereka melalui berita yang tercantum dalam Al-Qur’an
dan Hadits. Karena sebagaimana kita
ketahui malaikat banyak dikabarkan oleh Al-Qur’an dan Hadits dan kita yakin
sepenuhnya, bahwa kabar yang diberitakan dari keduanya merupakan suatu kabar yang dipastikan kebenarannya. Dalam Al-Qur’an masalah malaikat
disebutkan lebih dari 75 kali, tersebar dalam 33 surat.
2.
RUMUSAN MASALAH
1.
Pengertian
malaikat
2.
Makna iman
kepada malaikat
3.
Buah iman kepada malaikat
3.
TUJUAN PENULISAN
Untuk memenuhi tugas makalah mata kuliah Tauhid, dan
mengetahui lebih dalam pengertian malaikat, makna iman kepada malaikat, serta
mengetahui buah atau hikmah dari iman kepada malaikat.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Malaikat
Malaikat
merupakan makhluk yang berbeda dengan manusia dan jin, mereka adalah makhluk
yang mulia dalam arti, mereka suci, jernih dan bersih. Mereka semua mulia dan
bertakwa, selalu menyembah Allah dengan penghambaan sesungguhnya, mereka
konsisten dalam melaksanakan perintah Allah, dan tidak pernah membangkang-Nya.
Kata
“malaikat” adalah bentuk jama’ dari malak, yang
berarti menguasai. Ini memberikan pengertian bahwa malaikat mempunyai tugas
untuk menguasai kekuatan alam, dalam arti fisik. Kata malaka
merupakan derivasi kata alaka atau ma’lakah
yang berarti mengutus atau utusan. Ini memberikan pengertian bahwa tugas
malaikat adalah sebagai utusan Allah kepada manusia.
Sedangkan menurut
terminologi malaikat adalah makhluk
rohani yang bersifat gaib, diciptakan dari nur (cahaya) yang diberi kekuatan
untuk selalu taat, tunduk serta patuh kepada Allah dan tidak pernah ingkar
kepada-Nya. Mereka tidak makan, minum atau tidur. Mereka tidak memiliki
keinginan apapun. Mereka menghabiskan waktu siang dan malam hanya untuk
mengabdi atau hanya memuji kepada Allah.
B.
Makna Iman
Kepada Malaikat
Iman kepada
malaikat merupakan salah satu dari enam rukun iman. Ia merupakan pokok dari beberapa pokok iman,
sehingga iman seseorang hamba tidak sah sebelum iman kepada mereka. Sebagaimana
firman Allah Swt:
آمن الرسول
بما أنزل إليه من ربه والمؤمنون كل آمن بالله وملائكته وكتبه ورسله لا نفرق بين
أحد من رسله
“Rasul (Muhammad) beriman kepada
apa yang diturunkan kepadanya (al-Qur’an) dari Tuhannya, demikian pula
orang-orng yang beriman, semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya,
kitab-kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya (Q.S. al-Baqoroh : 285)
Hal tersebut juga dijelaskan
dalam hadits riwayat muslim. Dari Umar mengatakan bahwa Nabi penah didatangi
seorang laki-laki yang meminta penjelasan tentang iman. Nabi menjawab “iman
adalah kamu beriman kepada Allah, malaikat-malikat-Nya, kitab-kitab-Nya,
rasul-rasul-Nya, hari akhir, serta beriman kepada ketentuan (takdir) yang baik
maupun yang buruk.”
Jumlah banyaknya malaikat tidak
ada yang megetahui, hanya Allah yang mengetahui pasti jumlahnya. Sebagaiman
firman Allah dalam al-quran. “Dan tidak ada yang mengetahui tentara tuhanmu,
melainkan dia sendiri (Q.S al-muddatsir (74);31)
Iman kepada malaikat adalah meyakini
dan membenarkan bahwa Allah Swt. telah menciptakan malaikat. Beriman
kepada Malaikat sangat berbeda dengan beriman kepada Allah SWT. Apabila beriman
kepada Allah SWT harus diwujudkan dalam bentuk pengabdian/peribadahan
kepadaNya, maka beriman kepada malaikat tidaklah demikian. Perwujudan beriman
kepada malaikat hanya sebatas meyakini bahwa Allah SWT menciptakan makhlukNya
yang tebuat dari cahaya dan diberi tugas khusus untuk berhubungan dengan
manusia. Beriman kepada malaikat tidak diwujudkan dalam bentuk beribadah
kepadanya, karena malaikat dan manusia sama-sama makhluk Allah SWT.
Iman kepada malaikat dapat
diartikan dengan beberapa makna, yaitu:
a)
Membenarkan dan
meyakini keberadaan malaikat
Sekelompok orang sesat mengingkari keberadaan malikat,
mereka mengatakan bahwa malaikat ibarat ‘kekuatan kebaikan’ yang terpendam pada
diri makhluk, kelompok ini sesat karena mereka tidak mempercayai kitabullah,
sunnah Rasul, dan ijma’ (konsensus) umat islam. Allah Swt berfirman:
الْحَمْدُ
لِلَّهِ فَاطِرِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ جَاعِلِ الْمَلَائِكَةِ رُسُلًا أُولِي
أَجْنِحَةٍ مَثْنَى وَثُلَاثَ وَرُبَاعَ يَزِيدُ فِي الْخَلْقِ مَا يَشَاءُ إِنَّ
اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
“Segala puji bagi Allah Pencipta
langit dan bumi, yang menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan (untuk mengurus
berbagai urusan) yang mempunyai sayap-sayap masing-masing (ada yang) dua, tiga,
dan empat” (QS. Fathir: 1)
وَلَوْ تَرَى
إِذْ يَتَوَفَّى الَّذِينَ كَفَرُوا الْمَلَائِكَةُ يَضْرِبُونَ وُجُوهَهُمْ
وَأَدْبَارَهُمْ وَذُوقُوا عَذَابَ الْحَرِيقِ
”Dan sekiranya kamu melihat ketika malaikat mencabut nyawa orang-orang
yang kafir sambil memukul wajah dan punggung mereka (dan berkata), “rasakanlah
olehmu siksa neraka yang membakar”.”(QS. Al-Anfal: 50)
Diriwayatkan
dari Abu Hurairoh bahwa nabi bersabda, yang artinya: “apabila Allah mencintai
seorang hamba-Nya, Ia memberitahu Jibril bahwa Ia mencintai fulan, dan menyuruh
Jibril untuk mencintainya. Maka Jibril pun mencintainya. Lalu Jibril
memberitahu para penghuni langit bahwa Allah mencintai fulan dan menyuruh
mereka untuk mencintainya, maka penghuni langit pun mencintainya. Kemudian para
penghuni bumi mencintainya. (HR. Bukhori)
Dari
nash-nash di atas tampak jelas bahwa para malaikta itu benar-benar ada, bukan
sekedar kekuatan maknawi yang terpendam dalam diri manusia seperti dugaan
kelompok sesat tersebut. Keyakinan ini telah disepakati oleh umat islam.
b)
Menempatkan
mereka pada kedudukannya yaitu:
a.
Dengan menetapkan
mereka sebagai makhluk dan hamba Allah, sebagaimana manusia dan jin yang
diperintah dan terkena taklif (pembebanan). Malaikat ditabiatkan untuk selalu
taat kepada Allah, mereka tidak mempunyai kemampuan untuk membangkang. Allah berfiman:
“...penjaganya
malaikat-malaikat yang kasar dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah
terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
di perintahkan” (QS. At-Tahrim: 6)
Tidak
membangkang dan selalu taat adalah perangai atau tabiat malaikat. Mungkin hal
ini yang menyebabkan sebagian ulama mengatakan bahwa malaikat tidak terkena
taklif dan tidak masuk dalam janji dan ancaman Allah. Kita boleh mengatakan
bahwa malaikat tidak terkena taklif yang dibebankan kepada anak-cucu Adam.
Namun, pendapat yang mengatakan bahwa
malaikat tidak terkena taklif secara mutlak adalah pendapat yang ditolak.
Karena malikat untuk beribadah dan tunduk atau taat. Sebagaimana dalam surat
An-Nahl ayat 50: “mereka takutkepada Tuhan yang (berkuasa) di atas mereka dan
melaksanakan apa yang di perintahkan.”
Dalam ayat tersebut dikatakan bahwa mereka takut kepada Tuhannya, dan khouf (takut) adalah warna atau macam dari
taklif-taklif syariat, bahkan khouf merupakan
bentuk ibadah yang paling tinggi derajatnya.
b.
Meyakini bahwa
mereka tidak mempunyai kemampuan kecuali kemampuan yang telah diberikan Allah. Allah telah memberikan
beberapa kemampuan kepada malaikat, di antaranya Allah telah memberikan kemampuan
kepada malaikat untuk merubah bentuk asalnya. Sebagai mana Allah pernah mengutus
Jibril kepada Maryam dalam bentuk manusia.
وَاذْكُرْ فِي الْكِتَابِ مَرْيَمَ إِذِ انْتَبَذَتْ مِنْ أَهْلِهَا
مَكَانًا شَرْقِيًّا - فَاتَّخَذَتْ مِنْ دُونِهِمْ حِجَابًا فَأَرْسَلْنَا
إِلَيْهَا رُوحَنَا فَتَمَثَّلَ لَهَا بَشَرًا سَوِيًّا - قَالَتْ إِنِّي أَعُوذُ
بِالرَّحْمَنِ مِنْكَ إِنْ كُنْتَ تَقِيًّا - قَالَ إِنَّمَا أَنَا رَسُولُ رَبِّكِ لِأَهَبَ
لَكِ غُلَامًا زَكِيًّا
“Dan ceritakanlah (Muhammad)
kisah Maryam di dalam kitab (Al-Qur’an), (yaitu) ketika dia mengasingkan diri
dari keluarganya ke suatu tempat di sebelah timur (Baitul Maqdis) - lalu memasang tabir (yang melindunginya) dari
mereka; lalu kami mengutus roh kami (Jibril) kepadanya, maka dia menampakkan
diri dalam bentuk manusia yang sempurna – dia (Maryam) berkata, “sungguh, aku
berlindung pada Tuhan Yang Maha Pengasih terhadapmu, jika engkau orang yang
bertakwa – dia (Jibril) menjawab, “sesungguhnya, aku hanyalah utusan Tuhanmu
untuk menyampaikan anugerah kepadamu seorang anak laki-laki yang suci.” (QS.
Maryam: 16 – 19).
c.
Meyakini mereka
akan mengalami kematian, akan tetapi Allah memberikan masa yang lama pada
mereka, sehingga mereka tidak mati sebelum sampai masa itu.
Malaikat akan
mati seperti halnya manusia dan jin. Hal ini cukup jelas diterangkan dalam Al-Qur’an
surat Az-Zumar ayat 68:
وَنُفِخَ فِي الصُّورِ فَصَعِقَ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَمَنْ فِي
الْأَرْضِ إِلَّا مَنْ شَاءَ اللَّهُ ثُمَّ نُفِخَ فِيهِ أُخْرَى فَإِذَا هُمْ
قِيَامٌ يَنْظُرُونَ
“Dan sangkakala
pun ditiup, maka matilah semua (makhluk) yang di langit dan di bumi kecuali
mereka yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sekali lagi (sangkakala itu)
maka seketika itu mereka bangun (dari kuburnya) menunggu (keputusan Allah).”
Ayat tersebut
mencakup malaikat, karena malaikat merupakan makhluk yang ada di langit. Ibnu
Katsir dalam tafsirnya mengatakan, “ini adalah tiupan yang kedua, yakni tiupan sho’iq (kematian),
dengan tiupan ini makhluk yang hidup di langit dan bumi akan mati kecuali
mereka yang dikehendaki Allah. Sehingga makhluk yang terakhir matinya adalah
malaikat pencabut nyawa.”
Ayat lain yang
menunjukan bahwa malaikat mati adalah firman Allah dalam surat Al-Qoshosh ayat
68 yang artinya: “...segala sesuatu pasti binasa, kecuali Allah”. Dan apakah
salah satu dari malaikat ada yang mati sebelum tiupan sangkakala? Ini yang
tidak dapat kita ketahui, dan kita tidak dapat menyelaminya. Karena tidak
ditemukan nash Al-Qur’an yang menetapkan atau mentiadakan perihal
kematian malaikat sebelum tiupan sangkakala.
c)
Mengetahui
nama-nama malaikat dan tugas-tugasnya.
Malaikat-malaikat
Allah mempunyai nama. Namun, kita hanya mengetahui atau mengenal sedikit nama
malaikat. Karena kita hanya bisa mengetahui nama mereka dari ayat Al-qur’an
atau Hadits. Nama-nama itu antara lain:
-
Jibril, malaikat yang bertugas
menyampaikan wahyu kepada para Nabi. Para malaikat yang bertugas menyampaikan
ilham kepada manusia, jin dan hewan berada di bawah kepemimpinannya. Bahkan di
antara malaikat yang sepuluh, malaikat Jibril adalah yang paling mulya. Beliau
adalah Ar-Ruhul Qudus yang telah membimbing dan menguatkan Nabi Isa dalam
menjalankan tugas kenabian. Jibril pula yang menyampaikan firman kepada Nabi
Muhammad dan mengajari beliau SAW. Dan Jibril tidak pernah ‘salah alamat’.
“Sesungguhnya Al Qur’an itu
benar-benar firman (Allah yang dibawa oleh) utusan yang mulia (Jibril), yang
mempunyai kekuatan, yang mempunyai kedudukan tinggi di sisi (Allah) Yang
mempunyai ‘Arsy, yang dita’ati di sana (di alam malaikat) lagi dipercaya.” [QS.
At-Takwir:19-21]
-
Malaikat Mikail, bertugas menurunkan
hujan dan membagi rizki kepada seluruh makhluk Allah SWT, khususnya manusia.
Jibril dan Mikail disebutkan didalam
Al-Qur’an surat Al-Baqoroh ayat 98.
مَنْ كَانَ عَدُوًّا لِلَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَرُسُلِهِ وَجِبْرِيلَ
وَمِيكَالَ فَإِنَّ اللَّهَ عَدُوٌّ لِلْكَافِرِينَ
“barang siapa
menjadi musuh Allah, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, Jibril, dan
Mikail, maka sesungguhnya Allah musuh bagi orang-orang kafir.”
-
Isrofil, bertugas
meniup sangkakala (tanda-tanda) datangnya hari kiamat dan menjelang manusia
dibangkitkan.
Jibril, Mikail, dan Isrofil adalah
tiga nama malaikat yang disebutkan Nabi Muhammad dalam do’anya, disaat Nabi
mengawali sholat malamnya. Adapun do’anya adalah:
اللهم رب جبريل
وميكائيل وإسرافيل ، فاطر السماوات والأرض ، عالم الغيب والشهادة ، أنت تحكم بين
عبادك فيما كانوا فيه يختلفون ، اهدني لما اختلف فيه من الحقّ بإذنك ، إنك تهدي من
تشاء إلى صراط مستقيم.[1]
-
Izro’il, yang bertugas
mencabut nyawa semua makhluk, temasuk dirinya sendiri dan mempunyai nama lain
Malaikat Maut. Nama Izro’il tidak ditemukan dalam Al-Qur’an maupun Hadits.
Namun penamaan malaikat maut dengan nama Izro’il ini terdapat dalam sebagian atsar.
-
Munkar dan Nakir, para malaikat yang menyoal di
alam qubur. Munkar dan Nakir adalah dua malaikat yang dinamai oleh Nabi, dan
penyebutan kedua malaikat ini tersebar dalam beragai hadits tentang pertanyaan
kubur.
-
Raqib pencatat amal baik.
-
‘Atid pencatat amal buruk.
Sebagian ulama
ada yang menyebutkan bahwa sebagian dari nama malikat adalah Raqib dan Atid,
mereka mengambil dalil dari Al-Qur’an surat Qaf ayat 17 – 18. “(yaitu)” ketika
dua malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk disebelah kanan dan yang
lain disebelah kiri. tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di
dekatnya rakib dan atid.
Namun yang
disebutkan ulama’ itu bukan pendapat yang shohih, karena rakib dan atid dalam
ayat tersebut adalah dua sifat yang dimiliki oleh dua malaikat yang mencatat amal-amal
perbuatan. Arti dari kedua kata tersebut adalah dua malaikat yang hadir dan
menyaksikan perbuatan hambanya, bukan dua nama malaikat.
-
Malik adalah penjaga pintu neraka. Dalam surat
Az-Zuhruf ayat 77:
وَنَادَوْا يَا مَالِكُ لِيَقْضِ عَلَيْنَا
رَبُّكَ قَالَ إِنَّكُمْ مَاكِثُونَ
“Mereka berseru
“hai malaikat biarkan Tuhanmu membunuh kami saja”. Dia menjawab, “kamu akan
tetap tinggal (di neraka ini).”
-
Ridwan penjaga pintu surga. Ibnu Katsir mengatakan
bahwa penjaga pintu surga adalah malaikat Ridwan yang keterangannya diambil
dari sebagian hadits.
C.
Buah Iman Kepada
Malaikat
1.
Mengetahui
keagungan Allah, kekuatan dan kekuasaan-Nya. Karena kebesaran makhluk pada
hakikatnya menunjukan keagungan sang (khaliq) pencipta.
2.
Syukur kepada
Allah atas perhatian-Nya terhadap manusia sehingga menugaskan malaikat untuk
memelihara, mencatat amal-amal dan berbagai kemaslahatannya yang lain.
3.
Cinta kepada
para malaikat karena ibadah yang mereka lakukan kepada Allah.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Iman kepada
malaikat merupakan rukun iman yang ke-dua. Iman kepada malaikat ialah meyakini
dan membenarkan bahwa Allah Swt telah menciptakan malaikat. beriman kepada malaikat tidak diwujudkan dalam bentuk
beribadah/mengabdi kepadanya, perwujudan beriman kepada malaikat hanya sebatas
meyakini bahwa Allah Swt telah menciptakan makhluk-Nya yang terbuat dari
cahaya(nur) dan diberi tugas khusus untuk berhubungan dengan manusia. Kita dapat meyakininya dengan meyakini bahwa
malaikat itu ada, menempatkan mereka pada kedudukannya.
REFERENSI
1. Barizi,
Ahmad, Malaikat di Antara Kita,
Jakarta
Selatan: Hikmah, 2004.
2.
Sabiq, Sayyid, Aqidah Islam
3.
Nizhan, Abu, Al-Qur’an Tematis, Bandung:
Mizan, 2011.
4.
Ibnu Umar
Al-Asyqar, Sulaiman, ‘Alamul Malaikatil ghoib, Maktabah
Syamilah
No comments:
Post a Comment